Februari 05, 2015

Lirih yang Terurai Jua

Tidak selamanya niat baik akan terealisasi dengan cara yang benar. Segala kebenaran memang bersifat relatif. Terkadang apa yang hendak disampaikan dengan niat yang tulus dari hati dipandang layaknya cermin antagonis. Bukan maksud hati menyakiti. Aku hanya berusaha menuturkan apa yang seharusnya kulakukan, tentunya demi meluruskan apa yang salah. Api itu terlanjur menyelubungimu. Hingga pada akhirnya, aku yang kena getahnya. Aku harus menuntut siapa? Bukankah keadaan tidak pernah salah? Bukankah yang salah memanglah insan yang terlibat di dalamnya?

Senyum bukanlah percobaan yang patut diuji. Meski ia mampu bersembunyi, tapi mata tak mampu menutupi. Aku mencoba tak lelah menghadapi segala kerasnya kenyataan. Karena aku tahu, karang pun pasti luluh pada ombak yang tulus membelainya. Itulah aku percaya, segala bentuk kesederhanaan usaha akan membuatmu kembali tersenyum dan memelukku dengan tawamu lagi. Aku sungguh rindu dengan canda itu. Sungguh.. Aku rindu

Tenanglah, aku tak akan mengemis dengan air mataku. Untuk apa? Hanya akan menyisakan kelemahan yang kelak akan membunuh kekuatanku secara perlahan. Suatu saat nanti kau pasti kan mengerti, mengapa ucap lirihku ini kuurai dengan penuh kehati-hatian. Kau kan mengerti mengapa ini kujadikan senjata andalanku yang telak saja menyulut emosi berkepanjangan padamu. Suatu hari nanti kau kan merasa, semua ini aku lakukan tak lain karena aku menyayangimu lebih dari yang kau tahu.





Aku hanya tak ingin kau menyesaliku....
Aku hanya tak ingin kau terlambat menyadari....
bahwa aku teramat mengasihimu sepenuh hatiku...
Read more >>