Desember 04, 2013

Menjemput Kenangan

Mencoba melawan, tapi tak tertahankan
Sembari mengutuk dalam-dalam
Menunggu sosok dinamis yang tak pernah bisa mengerti
Berhenti untuk melaju lebih jauh

Desah dedaunan terus berbisik
Setumpuk kerikil terus menggelitik
Aku tak pernah terbangun
Atau sekedar berhenti menjemput kenangan

Dia telah merasuk di palung hati
Tak perlu menggali untuk menanti
Akan selalu ada jalan pulang
Seperti bumerang kehidupan

Menjemput kenangan
Tak antas bahagia kemudian
Menjemput kenangan
Hanya bisa menyesakkan
Read more >>

November 30, 2013

Udara yang Terluka

Tersiksanya saat harus mengurai rasa lewat kata
Menulis sembari menangis
Tertawa dalam luka
Juga setia dalam nestapa

Mungkin aku hanya rindu malam minggu yang penuh lagu. Bersanding di bawah terik mentari, menumpas malam dengan bahagia. Berbicara soal nurani, mungkin aku lupa dimana akal sehatku. Terakhir kali, membekas, dalam, hampir menuju jurang. Aku hanya bisa tertegun saat duniaku berbalik tanpa bisa kubayangkan. Tawa sebatas mata, perih dalam luka. Melukai aku dengan tawa itu, menjadikanku udara yang tak tampak meski selalu ada di sisimu. Pengorbanan akan menang, suatu saat nanti. Kau takkan bisa hidup tanpa angin. Kau takkan bisa tertawa tanpa udara. Udara yang kau goreskan luka, udara yang pasti kau cari setiap hari. Ya, kau akan hampa tanpa udara.

Udara yang membara....
Kini menjadi udara yang terluka.....
Read more >>

November 27, 2013

(Sementara) Berhenti

Berusaha memperbaiki keadaan yang terus berjalan, aku mencoba tersadar dari hingar-bingar ego yang kian memuncak. Ada hasrat untuk mengalah, tapi.... Ah, sudahlah. Apa yang bisa dikalahkan? Rasa? Bahagia? Cerita? Cinta? Berhenti hanya untuk mengalami hal yang sama lagi?

Aku hampir bingung dibuatnya. Terkejut? Pasti. Adakah seseorang di balik layar yang mengubah skenario yang telah dirajut dengan apik? Berhentilah, kumohon. Aku ingin bertemu kisah bahagia yang kutulis sendiri. Aku ingin lalui bahtera cinta yang kurajut dengan jemari-jemari letih ini.

Jangan berubah. Jangan menepi dari jalurnya. Ini hanya sementara. Ya, sementara menukik untuk bahagia lebih lama
Read more >>

Memahami Rasa

Ada rasa sepi dan ingin menepi
Saat gundah berusaha membelah
Aku mencoba memahami
Bahwa semua bisa saja berubah

Apa ada yang salah?
Untuk merasa gelisah..
Untuk menyimpan arah yang hampir tiba
Di pelabuhan akhir dalam harapan

Mungkin cerita tidak tahu
Letak muara dalam persimpangan
Atau insan yang tidak mampu
Memahami rasa yang sebenarnya ada
Read more >>

November 24, 2013

Kita Berhak Bahagia

Ketukkan kesepuluh jemariku menggalirkan segalanya. Apa yang selama ini hanya bisa terkubur dengan apik dalam palung hati, rasanya tak bisa kubiarkan terlalu lama di sana. Ada kalanya kita bercerita tanpa harus bersuara. Mengapa? Karena suara tak selalu membuat orang lain merasa. Diam? Bisa menjadi alternatif bagi mereka yang tak paham dengan kata-kata yang mengalir begitu saja.

Rasa takut itu kembali menghantui. Sama seperti dulu, bahkan lebih rumit dan terlalu melilit. Aku jadi ragu, apa aku harus kembali membisu dan memenangkan kicauan di seberang sana? Seperti dulu? Dan terjatuh lagi dengan tawa yang membahana di ujung sana. Itu bahagia?

Kau tahu, kebahagiaan itu tak selamanya harus berbicara tentang orang lain. Ada saatnya kita perlu bahagia dengan cara kita sendiri, mengindahkan ego orang lain tentunya. Kita berhak untuk bahagia, tanpa kicauan, tanpa gurauan, atau tanpa sentilan rasa yang bisa menghancurkan segalanya. Kita harus membuat orang lain bahagia, aku tahu. Tapi apa kita harus mengorbankan kebahagiaan kita untuk mereka? Lantas, bagaimana jika semua tak ingin berbalik?
Read more >>

September 17, 2013

Teramat Setia atau...

Terkenal dengan kenangan indah, dia masih di sini dengan hati yang kokoh berdiri. Simpul pita masih tertambat di sana, tanpa berubah posisi. Dia setia, sesetia sang pemilik yang enggan beranjak.

Ini membuktikan bahwa cinta tak selamanya melukai. Hanya saja pemilik cinta terkadang lupa tentang rasa yang tak boleh dimiliki. Dia terlalu setia, teramat setia, tapi juga teramat jatuh cinta.

Cinta tidak selalu tentang bukti, tap hati. Adakah cita di dalam hati? Atau hanya tersemat di bibir yang penuh akan dusta? Atau.... Tertahan oleh bualan kata yang terucap dengan mudah, lalu menguap setelahnya?


Read more >>

September 11, 2013

Pahitnya Merasa

Salahku yang terlalu cepat merasa....

Kau hanya terdiam, tapi jemariku selalu ingin menarikmu tuk menari bersamaku. Kau ingat tentang cerita malam yang kau banggakan? Aku mengingatnya tanpa bisa menguburnya. Menatap namamu lekat-lekat sembari membayangkan sketsa wajahmu di layar ponselku. Aku ingin berbicara, sedetik, tidak masalah.

Aku yang terlalu cepat mengira, meski aku tahu semua sama saja. Awal yang ini, akan berakhir seperti itu pula. Itulah pahitnya kenyataan yang terus saja kuseruput tanpa kapok. Masam saja, tapi apa daya. Aku yang selalu merasa, mengira, menduga.

Dunia ini penuh kamuflase. Topeng bertebaran dimana-mana, dan aku masih saja tertipu rayuan mega-mega indahnya. Aku tak bodoh, aku tak terlena. Kita sama-sama menerima namun tak bisa memberi. Sama saja.
Read more >>

September 10, 2013

Enggan Berpindah?

Bila saja cerita kita bermuara pada satu akhir yang sama, mungkin aku dan kamu akan menjadi cerita bahagia sepanjang masa. Bersanding di singgasana dunia yang hanya sekejap mata, cukup bagiku untuk menggenggam dunia jika semua itu bersamamu. Jika saja hari tidak berakhir secara ironi, mungkin kita akan tetap menjadi kita, bukan terbagi dua menjadi 'aku' dan 'kamu'.

Periksa saja setiap sudut itu, jika kau mampu. Kau akan menjadi sosok terhebat jika kau menemukannya. Selama ini itulah yang tak mampu menjadi mata anginmu dalam proses mencari. Akibatnya, kau masih saja di sana. Tidak bisa beranjak, atau memang enggan berpindah?

Terima saja seadanya. Yang dua memang bisa menjadi satu dalam waktu, siapa tahu?

Temui waktu jika kau ingin tahu. Apakah nanti masih akan ada 'kita' dalam rahasia dunia? Tanyakan saja jika kau bisa.

Kau yang buatku mengerti, segala sesuatu tak bisa dipaksakan. Yang dipaksakan takkan pernah baik adanya. Aku tak mundur, pun berhenti. Aku tetap berjalan, tapi dengan jalanku sendiri. Tunggu aku di muara jika kau ingin bertemu. Bertemu untuk berpisah akan lebih menyakitkan, kan?
Read more >>

Juni 14, 2013

(Sengaja) Tak Ada

Selembar cerita mungkin akan menjadi sisa. Entah akan terbuang atau tersimpan dalam ruang. Sejenak tersadar bahwa kita lupa dimana letak lembaran terakhir.

Sengaja tidak ada, atau memang sengaja terlupa.

Kenangan indah akan menjadi pahit saat hati tidak menginginkan ia ada. Kenangan buruk pun begitu, akan menjadi indah saat kita menghargai ia ada.

Percayalah.. Dalam setiap langkah akan ada makna penting yang mungkin hanya ada di dasar. Ingin menyeruak, namun tertahan tanpa bisa terucapkan.

Semoga dalam kesederhanaan, dalam cerita singkat yang terurai, dalam segaris yang tergambar, ada kesan yang bisa dipetik dan tertata cantik dalam hati.
Read more >>

Mei 31, 2013

Selalu, Bukan Pernah

Tidak akan ada bahagia jika tidak ada rasa sedih...
Begitupun dengan bangga, jika tidak ada kata kecewa...

Semoga selalu, bukan hanya pernah

Karena hati tidak akan bisa menyerah jika ia terus memberontak.
Apa yang bisa diperbuat saat kau memaksa singa buas masuk ke dalam kandang jika ia menaruhmu dalam pelukannya?
Seperti menegakkan benang basah. Mustahil...

Berhentilah memaksa hati dengan kekuatan otak. Antara perasaan dan logika terkadang tidak mampu sejalan. Bisa bersimpangan, namun tidak untuk menyatu..

Bisa saja berjajar, hanya bicara kelihaian dalam merangkulnya bersamaan. Selalu, jangan hanya pernah..


Yakini aku bahwa genggamanmu bukanlah tangan semu
Buat aku percaya saat kau bawa aku dalam pelukanmu yang nyata, bukan memelukku dengan selimut dusta
Jadikan aku orang yang bisa mempercayaimu dengan kata-kata tulus, bukan dengan rangkaian mutiara yang tersemat dalam duri

Lakukan itu selalu, jika kau ingin membawaku bersamamu selalu..

Sekali kau pernah menyirat luka, sekali pula aku bisa mempercayaimu
Read more >>

Mei 21, 2013

Sebatas Angin

Hilang tanpa jejak
Menguap tanpa sisa
Melebur hingga bertaburan
akhirnya...

Obrolan lama yang hampir saja tak kukenal adanya. Seperti skenario usang dalam tayangan kuno, aku hampir tidak mengenalnya (lagi). Lihat! Kita adalah dua pemain yang pernah bertemu, kemudian terpisah, seperti orang lama yang hanya bertemu saat balita. Ya, mengenal sejenak tapi tak bersapa.

Dahan yang menguat semakin mengikat dedaunan padanya. Tak lagi kering, pun kusam. Tampak dari luar, entah dari dalam.

Wahai angin!
Masihkah kau ingin menari tanpa arah?
Akankah suatu saat nanti kau berpijak meninggalkan jejak?
Atau....
Atau selamanya akan meninggalkan bumi dan berlalu-lalang di antaranya?

Rasakan apa yang kau rasa...
Ceritakan apa yang kau puja...
Setia pada guratan asa yang tepat bernaung dalam jiwamu...

Mungkin aku peduli, tapi hanya sebatas angin di antara langit dan bumi.
Sangat ingin berpijak, tapi mungkin tidak akan pernah bisa
Read more >>