Februari 10, 2014

Aku Berhenti

Pabila hati terus meyakini, aku akan terus yakin. Meski kini aku berhenti menjadi aku yang dulu, yang ingin terus di dekatmu, atau sekedar melirikmu dari kejauhan. Aku berbeda, tepatnya sedikit merubah keadaan. Aku berhenti memicu jantungku yang berdegup kencang kala menangkap getar kehadiranmu di dekatku. Aku berhenti memujamu sebelum memejamkan mata kala malam semakin pekat. Aku berhenti.

Bukan dalam keterpaksaan. Dengan rela kukerahkan segala egoku hanya untuk kebebasanmu berbicara. Aku hanya menyesal pernah mendekap mulutmu hingga tak bebas berbicara. Sungguh, bukan maksudku, aku tak sengaja. Di sampingmu tak hanya membuatku gagu, tapi mencekatku hingga ternyata menarik rasamu menjauh. Maaf, mungkin kamu jenuh.

Tapi....
Satu hal yang masih terus kulakukan, yang tak bisa kuhentikan, dan mungkin menjadi satu-satunya cara mendekapmu sesuka hatiku tanpa kau tahu. Aku masih setia menatapmu dalam bayang semu, memelukmu dalam angin haru, menjadikanmu sosok yang paling setia kuucapkan dalam untainya. Kamu, selalu tak bisa berhenti membuatku menyelipkan namamu dalam desahnya. Aku masih menunggumu merasakannya. Atau bahkan kau sudah merasakannya sejak lama? Beri tahu aku, jika kau mau

Aku, yang tak pernah berhenti menyelipkanmu dalam desahnya
Read more >>