November 30, 2013

Udara yang Terluka

Tersiksanya saat harus mengurai rasa lewat kata
Menulis sembari menangis
Tertawa dalam luka
Juga setia dalam nestapa

Mungkin aku hanya rindu malam minggu yang penuh lagu. Bersanding di bawah terik mentari, menumpas malam dengan bahagia. Berbicara soal nurani, mungkin aku lupa dimana akal sehatku. Terakhir kali, membekas, dalam, hampir menuju jurang. Aku hanya bisa tertegun saat duniaku berbalik tanpa bisa kubayangkan. Tawa sebatas mata, perih dalam luka. Melukai aku dengan tawa itu, menjadikanku udara yang tak tampak meski selalu ada di sisimu. Pengorbanan akan menang, suatu saat nanti. Kau takkan bisa hidup tanpa angin. Kau takkan bisa tertawa tanpa udara. Udara yang kau goreskan luka, udara yang pasti kau cari setiap hari. Ya, kau akan hampa tanpa udara.

Udara yang membara....
Kini menjadi udara yang terluka.....

0 Komentar:

Posting Komentar