September 11, 2013

Pahitnya Merasa

Salahku yang terlalu cepat merasa....

Kau hanya terdiam, tapi jemariku selalu ingin menarikmu tuk menari bersamaku. Kau ingat tentang cerita malam yang kau banggakan? Aku mengingatnya tanpa bisa menguburnya. Menatap namamu lekat-lekat sembari membayangkan sketsa wajahmu di layar ponselku. Aku ingin berbicara, sedetik, tidak masalah.

Aku yang terlalu cepat mengira, meski aku tahu semua sama saja. Awal yang ini, akan berakhir seperti itu pula. Itulah pahitnya kenyataan yang terus saja kuseruput tanpa kapok. Masam saja, tapi apa daya. Aku yang selalu merasa, mengira, menduga.

Dunia ini penuh kamuflase. Topeng bertebaran dimana-mana, dan aku masih saja tertipu rayuan mega-mega indahnya. Aku tak bodoh, aku tak terlena. Kita sama-sama menerima namun tak bisa memberi. Sama saja.

0 Komentar:

Posting Komentar