Februari 06, 2016

Seandainya

Seandainya bila waktu dapat berubah
Aku ingin ulang kisah yang pernah ada
Dan biarkan cinta basuh luka yang tersisa
Agar ku terlupa dari rasaku yang fana
(Radja-Seandainya)

Tapi.....
Waktu sudah cukup adil mengungkap segalanya, batinku. Ketika hitam dan putih mutlak tak bisa disatukan. Bisa, tapi apa yang hendak dibanggakan dengan rasa abu-abu?

Seandainya setiap orang menjadi pengendali waktu yang bisa saja mereka putar semaunya, dunia hanya akan dipenuhi oleh orang-orang manja nan egois. Mempertahankan keinginan tapi tak mau berkembang. Jiwanya tak akan pernah tangguh menghadapi segala problematika yang bahkan sekedar pritilan-pritilannya. Hatinya akan mudah rapuh, sedikit-sedikit lihat spion. Jika masa lalu dirasa menyenangkan, akan dengan mudah memutar waktu agar kembali hadir dan menyatu di masa sekarang. Ah, toh tidak ada alat pemutar waktu pun manusia bisa rapuh. Tapi bedanya, rapuh yang justru menguatkan, kan?

Ah, manusia memang terlalu banyak maunya. Lidah bisa berkata, namun apa mau dikata jika hati tak sejalan? Aku tak akan memaksa waktu untuk menghadirkan masa lalu kembali terulang. Tidak akan. Masa lalu cukup hanya menjadi rambu-rambu agar tak ada lagi kesalahan di masa depan. Jika pun boleh meminta, aku ingin memeluk waktu sebentar saja. Menumpahkan semua akibat ulah yang ia perbuat. Kesakitan, kesenangan, kekecewaan, kekhawatiran, kebahagiaan, kelegaan, dan berbagai macam alur yang ia gulirkan.

Terima kasih telah meniadakan ketidakjelasan. Tidak ada ragu pada waktu. Adakah masa di antara masa lalu dan masa depan? Masa kini? Ah, tolong. Masa kini itu sungguh jelas. Adakah cerita manusia yang tak jelas dengan waktu yang dipijaknya sekarang? Toh waktu selalu bergulir, selalu jelas. Tidak ada kata mengambang pada waktu. Cukup lugas dan tegas.

Seandainya rasa pun tak bisa abu-abu. Mungkin tak ada lagi keraguan yang perlu dikhawatirkan.
Seandainya cinta tak kenal ragu. Mungkin tak ada lagi emosi sesaat tanpa manfaat.
Seandainya hati tak rentan di batas ambang. Ruangnya tak mungkin diselimuti gersang yang menerjang

Sayang... Hanya seandainya

0 Komentar:

Posting Komentar