Oktober 09, 2017

5 W 1 H

Hai, apa kabar?
Entah seberapa lama aku tak menyapamu, begitupun kamu. Kita terlalu asyik dengan kehidupan masing-masing setelah memutuskan untuk tidak bersama lagi. Aku pun tak pernah sedikitpun berpikir aku merindukan masa-masa itu. Karena kurasa, luka yang kau buat terlalu memaksa menyeruak ketimbang dengan kenangan indah yang pernah kita ciptakan bersama.

Kapan...
Kapan kita terakhir kali berbincang, ya? Pernah sesekali kulihat kau muncul dalam daftar mata-mata akun sosial mediaku. Ah, mungkin kau hanya sekilas melihat. Tak mungkin kau memastikan bagaimana kehidupanku saat ini. Yang aku tahu, waktu yang kita miliki telah jauh berbeda. Kurasa, bukan tak mungkin jika kau hanya melompati deretan unggahan sosial mediaku. Atau... ah, aku sama sekali tidak berharap.

Dimana...
Dimana tempat keluh kesahmu sekarang? Oh, pada kesibukanmu rupanya. Aku ingat, aku pernah menjadi pembuangan akhir cerita keseharianmu saat itu. Meski kadang aku benci mendengar keluhanmu, semoga kau tak lagi bising dengan kebaikan lewat kata-kata yang ada di sekelilingmu, ya.

Siapa...
Siapa yang berhasil membuatmu bahagia setiap harinya? Maaf, aku tahu. Tapi, bukan ranahku untuk ikut mencampuri, meski terkadang kau mengajakku untuk ikut bahagia bersamamu. Tak perlu kau pinta, aku akan selalu bahagia dengan semua kebahagiaanmu. Cukup kau dengannya saja, aku tak ingin terseret dalam jebakan yang bisa saja terjadi jika dia tersulut api cemburu padaku.

Kenapa...
Kenapa kini kau hadir meski setitik? Dengan sesederhana kedipan kata yang tiba-tiba, kalimat terlalu terburu-buru mengikuti di belakangnya. Ah, kau ini kenapa. Tak perlulah kau ucapkan kata terlarang itu. Jangan buatku curiga dan menaruh pikiran buruk jika kau hanya singgah dan kemudian pergi. Kenyataanya, terjadi.

Bagaimana...
Bagaimana bila ku tak peduli lagi dengan segala kelabilan yang kau agungkan? Setelah kau bolak-balikkan hatiku saat aku jatuh dalam hidupmu. Setelah aku berusaha percaya dan memulai semuanya dari awal dan kau memilih sebaliknya. Pergilah, karena kau pernah pergi tanpa pernah kuminta. Kini, bolehkah aku melakukan itu?

0 Komentar:

Posting Komentar