Desember 06, 2012

Hai. Apa Kabar?

'Hai. Apa kabar?'
Secarik kata bisu yang takkan pernah kuungkap pada dia yang selalu kuharap adanya. Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, saat dia ada, dia tak boleh melintasi satu lorong terlarang. Hatiku.

'Hai. Apa kabar?'
Pernyataan memuakkan yang selalu mendobrak sadarku. Dia baik-baik saja, pasti. Begitu kata orak yang bersarang di kepalaku. Tunggu! Hatiku batu. Dia takkan percaya seadanya. Memaksa mulutku memanggilmu tanpa sengaja dan menyeretku pada lubang kesalahan. Ya, menyentuhmu memang sebuah kesalahan.

'Hai. Apa kabar?'
Mungkin aku rindu itu. Aku menyesal harus merindukan pertanyaan yang selalu butuh pernyataan seperti itu. Untuk apa? Kau takkan pernah lagi mendapatkan jawabannya dalam duniamu, kutuk si hati pada diriku. Tidak akan pernah dan tidak akan pantas untuk kau dapatkan, cecarnya lagi.

'Hai. Apa kabar?'
Egoku kalut. Yang tertahan dalam ragaku begitu melilit, mencekik, sangat rumit. Aku ingin lepas. Semua bak mengurung matahari dalam sekapan malam hingga cahayanya redup hampir tak bersisa. Aku tahu dunia akan merindukan sinarnya. Akankah aku sejalan dengannya, merindukan secuil matamu dalam dekapan ruang kosong?

'Hai. Apa kabar?'
Apa telepati itu ada? Bisakah telepati menjadi jembatan bagi hatiku dan hatimu agar kita saling tahu? Aku ingin tahu dimana kau tinggalkan jejak kakimu. Ingatkah saat kau injak hatiku hingga meninggalkan bekas yang telah lama mengeras? Apakah kau pernah merasakan berlenggak-lenggok di sana? Atau hanya aku yang tahu dan kau yang tak mau tahu?

'Hai. Apa kabar?'
Apa kabar dengan kamu? Apa kabar dengan sifatmu? Apa kabar dengan duniamu? Apa kabar dengan jejak kakimu di sini dan di sana? Akankah aku sanggup jika suatu saat nanti kau akan menjawab 'Baik' atau 'Tidak'?

0 Komentar:

Posting Komentar