Februari 21, 2012

Hanya Dari Tanda Tanya

Saat itu aku duduk terdiam dengan lautan tanda tanya di dalam benakku. Semua bergejolak justru di saat aku ada tepat di sampingmu. Entah, aku pun tak mengerti apa maksudnya. Semua mengalir begitu saja. Aku terdiam dan terhanyut dalam pikiranku sendiri. Kau pun begitu. Kau diam seribu bahasa seakan tak membiarkan satu huruf pun keluar dari mulutmu.

Perlahan, ku coba membelah hutan kebingungan dalam otakku. Tak satupun jawaban yang tampak di sana. Muara sungai pun tak kunjung mengalirkan jawaban untuk setiap tanda tanya yang ada di benakku. Dari hulu ke hilir, ku putar balik semua rasa yang ada, aku tetap saja menemukan jalan buntu. Aku tersesat. Tuhan, tolong beritahu aku apa maksud dari semua ini.

Bisakah aku keluar di saat aku telah memasuki dan terperosok jauh ke dalam jurang dimana aku harus bermain dengan perasaan setiap harinya?

Meskipun dedaunan membelaiku manja dan memberikanku arti kesejukan yang sesungguhnya, justru aku tak mampu menangkap keindahannya dengan sempurna. Entah, mungkin ada yang salah denganku.

Aku butuh ruang hampa udara. Aku tahu, itu akan membuatku terkapar dan mungkin aku akan mati di sana. Aku tak peduli. Aku hanya ingin berhenti mengindahkan kesejukan dan kemanjaan yang selama ini menyelimutiku, namun aku tak mampu merasakan kehangatan yang terpancar secara terus-menerus. Aku hanya ingin melepaskan apa yang telah melekat erat di tubuhku, namun aku tak mampu menggenggamnya untuk waktu yang lebih lama. Aku hanya ingin tanda tanya itu berhenti mengikis pilar keteguhanku. Aku ingin tanda itu lenyap dari rongga otakku.

 Aku tak bisa merasakannya. Aku hanya mati rasa. Ya, semua hanya dari tanda tanya.

0 Komentar:

Posting Komentar