April 08, 2014

Pemancing Rindu

Pernah ada kita di masa lampau. Yang dulu jadi satu kini melebur tanpa pernah kumau. Masih dengan kamu, namun tidak bersamaku. Tentu, kamu bersamanya. Aku? Masih berdiam tanpa berhasrat mencari penggantimu. Jangan tanya kabarku, masa laluku. Aku akan selalu baik-baik saja meski kail ini masih tertancap apik di hatiku. Aku masih berharap suatu saat kail itu akan kau tarik hingga aku bisa ada di dekatmu lagi. Jika tidak, kail ini akan terus melukaiku. Entah merajamku dengan kejam, atau menikamku perlahan tak tertahan.

Aku berharap kau bisa sendiri lagi. Bukan, bukan maksudku mendoakanmu berpisah seperti kita waktu itu. Sepahit apapun ini, sekejam apapun kamu, seperih apapun luka yang ada, aku takkan pernah bisa berhenti mendoakan senyum lugumu itu. Sejahat apapun kamu, tetap saja hatiku meluruh kala menarik namamu dalam ingatanku. Sesederhana itu, namun serumit itu pula prosesku melupakanmu.

Kadang aku takut melangkah. Bisa saja kau kembali saat kutemukan penggantimu kelak, kan? Sampai kapan aku bertingkah bodoh, menunggu menggenggam angin yang kulihat pun tak mampu. Sampai mana batas akhir aku lelah dan berhenti menunggu?

Masa lalu dan masa depan adalah kedua masa yang takkan pernah bersatu. Hidup dalam ketergantungan tentu tidak akan membuatnya bersatu. Panggil aku sewaktu-waktu kau mau. Entah saat aku masih mengharapmu, atau telah berlalu dan menemui yang baru.

Selamat menentukan pilihan, wahai sang pemancing rindu.

0 Komentar:

Posting Komentar