Desember 09, 2011

Barisan Kata Cukup Makna

Aku ingin menjadi tetesan air yang membasahi dinding kaca pada jendela hati. Sejuk, damai, dan menghanyutkan.

Dalam keheningan malam, sinar kunang-kunang bertabur dengan titik cahayanya dalam setiap sudut kegelapan.

Dalam sendu, aku merindu. Dalam cahaya, aku mencinta. Dalam pesona, aku bahagia.

Gubahan air mata menyeruak tak lagi terbendung. Di sini, aku mati dalam keheningan hati, tersudut dengan lenyapnya sinar mentari

"Apa kamu butuh cahaya?"
"Tidak."
"Apa kamu butuh udara?"
"Tidak juga."
"Lantas, apa yang kamu butuhkan?"
"Aku hanya butuh pelukan abadi."


Garis cakrawala hanya sebatas pandangan belaka, buat kamu, bukan aku.

Hidup bukan ilusi yang perlu diisi. Hidup itu pilihan, bukan remehan.

Menulis itu tak perlu puitis. Hanya perlu teguh dan siap untuk berpeluh.

Udara dingin menusuk relungku. Tak ayal aku terbaring dan tak bergerak. Aku menghilang. Ya, aku terbawa olehnya.

Kupu-kupu itu indah, memang bisa menaburkan serpihan harapan bagi bunga tempat ia berlabuh. Sama seperti kamu.

Tanda tanya besar berputar mengelilingi otak mungilnya. Tanda serupa terjadi padaku. Kami butuh titik untuk mengakhirinya.

Petikan senar gitar memang mampu menarik perhatian. Aku bergumam, bagaimana bisa ketukan tubuhmu menarik perhatian?

0 Komentar:

Posting Komentar