Desember 05, 2011

Menangis dan Lelah

Someone said, "you may cry for so long time. but once you stop crying, don't ever cry for the same reason".

Kata-kata itu menghentikan perjalanan panjangku mengarungi kesedihanku. Ya, tak seharusnya aku menangisi hal yang sama untuk waktu yang berbeda. Hanya akan semakin mengungkit rasa sakitku tentang satu masa yang harusnya ku buang jauh-jauh dari hidupku. Namun, jika aku tak harus menangisinya untuk yang kesekian kali, bagaimana caranya aku meluapkan rasaku jika memori itu kembali menguak dalam hati ini?

Menangis. Mungkin itu adalah cara terampuh bagiku untuk membuang segala sesak di dada. Mereka bilang aku cengeng. Aku tak menampik hal itu. Aku mengakuinya. Ya, aku memang cengeng terhadap semua hal yang berurusan dengan bagian kecil dari hidupku, hati. Aku memang cengeng untuk semua hal yang menyakiti aku, baik lahir atau batin. Itu manusiawi, bukan?

Kadang janji-janji palsu keluar dari mulutku. Kerap kali aku berjanji untuk tak menangisi semua yang telah terjadi. Entah karena memang aku yang pembohong atau proses alami, aku tak mampu membuktikan semua janji-janji itu. Itu sulit, sangat sulit. Mungkin harusnya kau menyebutnya dengan tidak mudah, bukan sulit.

Tangisan adalah salah satu caraku untuk melepas lelah dan penatku menghadapi serba-serbi luka kehidupan. Aku ingin mengganti caraku itu dengan hal lain yang lebih mudah. Tapi aku belum menemukannya. Hanya itu yang mampu membuatku terlepas dari segala cerita yang menyesakkan dada. Menangis itu lelah, tapi mampu melepaskan peluh di hati. Menangis itu mudah, tapi membuat kenangan yang ingin terlupakan menjadi susah. Menangislah sewajarnya jika memang kamu ingin menangis. Jangan biarkan tangisan berlarut-larut, biarkan ia menangis membawa kelut di hati.

0 Komentar:

Posting Komentar