Desember 22, 2011

Kau Salah, Alan (part 6)

Ku lempar ponselku ke tempat tidur dan segera turun ke lantai 1 menghampiri tamu yang mencariku.

"Sissy! Haaii! kapan sampai??". Ku peluk Sissy yang tengah duduk di ruang tamu menungguku. Dia sahabat karibku sejak SMP. Namun pendidikan harus memisahkan kami. Dia melanjutkan studinya ke Kalimantan mengikuti profesionalisme ayahnya. "Kau masih ingat rumahku ternyata. Ku kira kau akan berubah menjadi nenek-nenek pikun di sana. Haha.", goda-ku seraya mengacak-acak rambut pirang sahabatku itu. Dia hanya tertawa mendengarnya dan membalas perlakuanku dengan cubitan lebah khasnya itu. "Oh iya, Ta. Kau pernah berjanji padaku untuk menceritakan pangeran berkuda itu. Ayo ceritakan sekarang.", pintanya tiba-tiba. Pangeran berkuda? Aku hanya memasang muka bingung mendengar permintaannya. Sissy bergidik. "Sudah ku kira kau akan lupa tentang itu. Seharusnya kau menjuluki dirimu sendiri sebagai nenek-nenek pikun tau. Huh". Sissy sok mengambek. Ku putar otakku mencoba untuk mengingat-ingat janji yang katanya telah kuucapkan padanya. Pangeran berkuda.... Ah! Astaga...

"Hey, kenapa kau malah melamun? Cepat ceritakan!", kata Sissy mulai protes. Aku mendesah. "Oh iya. Aku ingat sekarang. Hmm.. Lebih baik kita tak usah membahasnya lagi, Sy.". Dia menatapku bingung. Kenapa tak usah dibahas lagi ya, katanya dalam benaknya. "Dia bukan lagi pangeran berkuda-ku.", lanjutku. Sissy hanya diam. Sepertinya dia tau jika aku tak ingin membahasnya lebih lama lagi. 

Ku ceritakan semua yang telah terjadi padaku dan 'pangeran berkuda'ku itu. Sissy memang pendengar yang sangat baik. Dia juga penasehat yang baik untukku. Meskipun dia beberapa bulan lebih muda dariku, tapi kedewasaannya benar-benar jauh melampaui kedewasaanku itu. Aku terhanyut sendiri dalam ceritaku hingga tak kuasa membiarkan air mata membasahi pipiku. Semua mengalir apa adanya.
***
Sejak aku menceritakan tentang sosok Alan pada Sissy, ternyata Sissy tak hanya tinggal diam. Dia nekat menjadi stalker dan tanpa basa-basi langsung menghubungi Alan. Sahabat gila dan nekat! Mau ku taruh dimana mukaku. Entah ini suatu penyesalan atau kebodohanku yang sudah menceritakan semua tentang cowok itu pada sahabatku. Yasudahlah, semua sudah menjadi bubur. Aku membiarkan Sissy menghubungi Alan, dengan satu syarat, jangan biarkan aku bertanya apapun tentang Alan padanya.
***
Bunyi mouse menghiasi kamarku. Hampir mati saja mataku ini menatap laptop selama hampir 5 jam karena kehabisan kerjaan. Liburan ini memang membunuhku. Pada salah satu status di dalam akun jejaring sosialku..

Alan | Sissy : haha.. bisa saja kau ini. Oh iya, smsku masuk kan? Maaf terlambat membalas smsmu
Sissy | Alan : smsmu masuk kok. Tapi ponselku error. Lanjut nanti malam saja ya

Glek.. Ternyata mereka berhubungan terus. Ada apa ya di antara mereka? Ah sudahlah. Buat apa aku mengurusi mereka? Toh aku pun sudah tak memiliki hubungan apapun dengan Alan dan Sissy itu sahabat karibku. Buat apa aku curiga pada mereka? Oh aku ingat. Aku sempat bercanda pada Alan tentang Sissy. "Ku rasa kau jodoh dengan Sissy, sahabatku. Buktinya kau suka makan, dia suka makan. Kau suka warna merah, dia pun begitu. Kau suka mengoleksi jam tangan, dia juga. Jodoh sekali yaa. Haha.". Alan selalu sebal jika aku berkata seperti itu. Dia seperti tak suka jika dia disama-samakan atau dijodoh-jodohkan dengan orang lain. Dia ingin dijodohkan denganku, katanya. Hampir saja aku tak bisa bedakan rasa bahagia atau rasa sedih ketika aku mengingatnya.
***
Angin malas, suntuk, bete, uring-uringan, ogah-ogahan, dan perasaan semacamnya semakin menggelayuti tubuhku tiap kali ku jalani rutinitas wajib yang ku sebut autisme jejaring sosial. Apa yang terjadi padaku, ya? Apa karena kejadian kemarin? Masa iya aku cemburu? Tak mungkin lah. Namun hingga suatu saat, aku mendelik ketika....

Sissy | Hey bangun! Jadi ketemuan ga??
Alan | Heh aku sudah bangun sejak ayam pun masih terlelap. Jadi.. Sampai bertemu ya


Ketemuan? Mereka ketemuan? Kenapa.... Sissy berkhianat? Oh tidak tidak. Ini bukan suatu pengkhianatan. Alan bukan siapa-siapa untukmu, batinku. Tapi.. Kenapa mereka dekat sekali? Ada hubungan apa di antara mereka?

0 Komentar:

Posting Komentar